Bayi Kuning ? Tak Perlu Panik!



Tia, ibu muda yang bermukim di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang, diliputi rasa cemas. Setelah lahir, Jasmine, putrinya, mengalami kuning sehingga harus diterapi sinar lampu fototerapi di rumah sakit. Setelah kadar bilirubin normal, bayinya boleh dibawa pulang.

Sesuai anjuran dokter, bayinya selalu dijemur di bawah sinar matahari pagi setiap hari agar tidak kuning lagi. Namun, tiga hari sepulang dari rumah sakit, kadar pigmen kuning dalam darah (bilirubin) bayinya mencapai 20 miligram per desiliter (mg/dl) dalam darah. "Waktu itu cuaca mendung terus. ASI saya juga masih kurang lancar sehingga Jasmine kekurangan cairan," kata Tia.

Oleh dokter, bayinya dinyatakan hiperbilirubin atau memiliki bilirubin berlebihan sehingga harus dirawat di bawah lampu fototerapi di rumah sakit selama beberapa hari. Tia pun berusaha tetap bisa menyusui bayinya. "Menurut dokter, Jasmine menderita kuning karena golongan darahnya berbeda dengan saya," tuturnya.

Penyakit kuning sering kali dikaitkan dengan infeksi virus. Kelainan itu kerap kali dihubungkan dengan kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Namun, pada bayi baru lahir tidak demikian keadaannya. Warna kuning secara menyeluruh atau sebagian pada kulit atau pada bagian putih bola mata tidak selalu akan berakibat buruk bagi kesehatan bayi.

Menurut pakar pediatrik spesialis anak, William Sears MD, dan istrinya, Martha Sears, dalam buku 
The Baby Book, mayoritas bayi yang sakit kuning disebabkan meningkatnya bilirubin dan endapan atau sisa bilirubin di kulit. Bilirubin terbentuk sebagai hasil akhir proses pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah. Kadar bilirubin diukur dengan mengambil beberapa tetes darah dari tumit bayi.

"Bayi baru lahir dapat mengalami jenis sakit kuning yakni normal (fisiologis) dan abnormal," kata dokter spesialis anak Hindra Irawan Satari. Karena kurang oksigen selama dalam kandungan, bayi baru lahir memiliki sel darah merah lebih banyak dari yang diperlukan. Kelebihan sel ini bergabung dengan pigmen kuning yang disebut bilirubin, dan dipecahkan oleh tubuh bayi. Selama dipecahkan, pigmen kuning dilepaskan hati melalui urine.

Pada bayi baru lahir, hati belum matang sehingga tidak dapat menangani kelebihan bilirubin. Hal inilah yang membuat pigmen kuning ini menetap di kulit dan mencerminkan warna kuning selama tiga atau empat hari setelah kelahiran. Inilah penyakit kuning yang normal. Setelah sistem pembuangan bilirubin bayi matang dan kelebihan sel darah berkurang, maka penyakit kuning menghilang. "Kondisi ini tidak berbahaya bagi bayi," ujarnya.

Namun, sakit kuning abnormal biasanya berkembang lebih cepat, pada 24 jam setelah kelahiran. Penyakit kuning jenis ini disebabkan oleh terlalu banyaknya sel darah merah yang terlalu cepat pecah. Kelebihan bilirubin menyebabkan kerusakan otak. Namun, hal ini jarang terjadi jika mendapat perawatan dan pencegahan modern.
"Jenis penyakit kuning abnormal biasanya karena infeksi atau ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi," tutur Hindra. Sebagian dari antibodi ibu mengalir dalam darah bayi. Bila bayi memiliki golongan darah berbeda dengan ibu, terjadi "peperangan" antara sel darah merah bayi dan antibodi asing dari golongan darah ibu yang berbeda. Hasilnya, banyak sel darah merah dirusakkan, bilirubin dilepaskan, dan penyakit kuning terjadi dengan cepat.

"Risiko kuning juga meningkat pada bayi prematur atau lahir tidak cukup bulan, dan bayi berat lahir rendah," kata Hindra. Penyebab lain sakit kuning pada bayi yang baru lahir adalah keadaan yang terjadi selama persalinan di antaranya tindakan operasi, pemberian alat bantu untuk memperlancar kehamilan, dan pemakaian obat untuk melebarkan saluran persalinan.
Pengobatan Untuk mencegah kuning pada bayi dan akibatnya perlu pemeriksaan kehamilan secara teratur, menggunakan sarana kelahiran dan tenaga kesehatan memadai, serta memperbaiki faktor lingkungan untuk mengurangi bahaya infeksi nosokomial. Secara awam, kuning pada bayi bisa dilihat dari perubahan warna bagian putih mata.

Batas aman untuk bayi kuning bila kadar bilirubinnya tidak lebih dari 12 mg/dl. Jika kadar bilirubin di atas 20 mg/dl, bayi harus ditransfusi tukar agar bilirubin tidak melekat pada otak. "Jika terlambat ditangani, bisa merusak otak sehingga bayi mengalami gangguan tumbuh kembang, antara lain intelegensia kurang," kata Hindra.
Maka dari itu, perlu ada pemeriksaan laboratorium untuk mencari tahu penyebabnya dan mengambil contoh darah untuk memantau kadar bilirubin. Jika kuning normal, cukup dijemur di bawah sinar matahari. Namun, jika kadar bilirubin terlalu tinggi, dokter memberi lebih banyak cairan dan menempatkan bayi kuning di bawah lampu fototerapi untuk memecahkan kelebihan pigmen kuning pada bayi.

Menurut Sears, dokter dapat menyediakan cara lebih bersahabat untuk mengurangi penyakit kuning yang disebut bili- blanket. Jadi, bayi dibungkus dalam selimut berisi larutan pemecah penyakit kuning sehingga ibu dapat memegang dan menyusui bayinya yang sedang menerima fototerapi. Bayi tidak lagi terpisah dari ibunya dalam ruang isolasi di bawah lampu fototerapi. Perawatan ini memungkinkan bayi kuning lebih cepat keluar dari rumah sakit.
Pemberian ASI "Ada satu tipe penyakit kuning yang jarang, yakni sakit kuning akibat disusui," ujar Hindra. Diperkirakan, penyakit kuning akibat disusui hanya kurang dari satu persen dari total kasus sakit kuning pada bayi yang baru lahir. Jika demikian, ibu dapat diminta berhenti menyusui selama 12 sampai 24 jam tetapi tetap memompa ASI.

Pada dasarnya, ASI lebih baik dibandingkan dengan susu formula untuk membantu menghilangkan penyakit kuning. Namun, menurut Sears, jadwal menyusui dan pemisahan ibu dari bayi menyebabkan bayi lebih kuning karena pemberian makan yang terbatas membuat bayi kurang mendapat kalori. Jadi, penyakit kuning akibat penyusuan merupakan kondisi yang tidak disebabkan ASI Anda, tetapi oleh manajemen penyusuan yang lemah.

Sears menyatakan, para ibu hampir tidak perlu berhenti menyusui bayi yang terkena penyakit kuning. Ibu dianjurkan mengikuti saran penyusuan yang tepat, terutama frekuensi menyusui sejak dini dan konsultasi penyusuan. Ini akan membantu mengurangi banyak penyebab sakit kuning. Sejumlah cairan dan kalori, terutama yang berasal dari ASI, diperlukan untuk membantu bayi baru lahir membersihkan kelebihan bilirubin dalam tubuh.

Sumber: Kompas
Penulis: Evy Rachmawati 

Sumber :  http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehatan/0708/10/085828.htm